Jumat, 10 Februari 2012

Jiwamu dalam ragaku

                Mobil melaju dengan kencang.Menerjang lalu lintas dan keramaian.Mereka tak menghiraukan kejadian buruk yang mungkin terjadi.Mereka juga tak memikirkan pengguna jalan lainnya.Mereka leluasa menggunakan jalan itu layaknya jalan itu punya nenek moyangnya.
Beberapa kali klakson dibunyikan karena mereka terhalangi oleh kendaraan lain.Walaupun apa yang mereka lakukan itu ada alasannya,tapi tak membuat polisi membiarkan ulah mereka yang sempat membuat ricuh di jalan.
                “Selamat pagi mas”.Mobil mereka dihentikan oleh polisi yang sedang mengatur lalu lintas.
                “Iya,selamat pagi”.
                “Maaf mengganggu perjalanan anda,bisa lihat surat suratnya?”.
Galih mengeluarkan  STNK atas nama Sila yang memang mobil itu puya Sila dan SIM atas namanya.
                “Anda telah menggangu  kenyamanan orang lain,mohon jangan diulangi lagi.Untuk kali ini masih saya peringatkan.Tapi untuk selanjutnya kami akan bertindak”.Polisi menegaskan.
                “Iya Pak,maafkan saya”.
Galih dan Sila melanjutkan perjalanatnya.Mereka terburu buru karena telat berangkat sekolah.
Galih  kembali dengan aksi berbahayanya.Sila mencoba untuk mencegahnya,tapi tak sedikitpun dihiraukan oleh Galih.
                “Gak usah ngebut gitu deh Lih,percuma saja.Kita tetep terlambat”.
                “Apa salahnya usaha Sil”..
                “Terserah kamu aja deh”.
                Gerbang sekolah untungnya belum ditutup oleh satpam.Mereka sedikit lega karena mereka tidak  terlambat.Tapi ternyata  sesampainya di kelas,Pak Agus sudah berdiri di depan kelas.
Dengan tenangnya Galih dan Sila masuk kelas.Mereka terkejut melihat Pak Agus sudah siap di kelas.Tak banyak ngomong,Pak Agus tidak membiarkan mereka mengikuti pelajarannya.Mereka dihukum berdiri di depan tiang bendera sampai pelajaran Pak Agus kelar.
Dengan malunya mereka mengangkat satu kaki mereka dan kedua tangan yang memegang telinga mereka di depan tiang bendera.Tapa mereka melakukan hukuman itu dengan senang.Selagi bersama,mereka tak pernah merasakan sedih.Mereka selalu bersama.Berangkat dan pulang sekolah pun selalu bersama dengan mobil pribadi Sila.Sila adalah putri tunggal Agung Pratama,direktur perusahaan Cahaya Abadi,yang merupakan perusahaan terbesar di Kotanya.Semua kebutuhan Sila terpenuhi.Apapun yang diinginkan sila,pasti terwujudkan.Dulunya Sila punya sopir pribadi yang mengantarkan ke kesekolah dan menjemputnya.Sila tak begitu nyaman dengan keadaan seperti itu.Karenanya dia  tidak bisa bareng bersama Galih.Sila meminta papanya untuk membelikan mobil.Awalnya papanya tidak mengizinkannya,karena Sila belum bisa mengendarai mobil.Karena Galih bisa mengendarai mobil,Sila meminta Galih mengendarai mobilnya.Dan papanya mengizinkan hal itu,karena Galih memang sudah dekat dengan keluarga Sila.Walaupun mereka bersahabat belum lama.Tapi Galih mampu membuat papa Sila percaya kepadanya.Galih memang anak yang baik,walaupun terkadang ia jail terhadap sila.
Mereka benar benar seperti kepompong.Dimana ada Sila,disitu pastilah ada Galih.Masalah hukumanpun juga bersama,seperti saat ini yang sedang mereka rasakan.Pernah suatu hari Sila tidak mengerjakan pekerjaan rumahnya.Dan Galihpun rela memberikan pekerjaannya itu untuk Sila.Tapi  usaha Galih untuk menyelamatkan Sila dari Pak Agus tidak berhasil.Pak Agus mengetahui ulah Galih yang memberikan PR nya itu kepada Sila.Akhirnya mereka dihukum membersihkan kamar mandi.Dan merekapun tidak mengeluh dengan hukuman itu asalkan mereka mengerjakan hukuman itu bersama.Pelajaran Pak Agus telah selesai.Mereka pun diizinkan untuk masuk kelas dan melanjutkan pelajaran selanjutnya.
                Sepulang sekolah,mereka tidak langsung pulang.Seperti biasanya mereka mampir ditempat favorit Galih yang sekarang Sila juga suka dengan tempat itu.Tempat yang sejuk,rindang,nyaman,indah dan mata akan dimanjakan dengan pemandangan danau yang indah.Disana juga terdapat sampan yang selalu mereka gunakan untuk mengelilingi danau.
                “Galih,,,,,,,,,,,”.Teriak Sila di danau itu.
                “Sila,,,,,,,,,,,,,,,”.Galihpun tidak kalah keras meneriakkan nama Sila.
Mereka sering menghabiskan waktu disana,di waktu senang ataupun di waktu sedih.Disitulah dunia kecil mereka.Pernah mereka berniat camping disana.Tetapi orang tua Sila tidak mengizinkannya.Tapi hal itu tidak masalah buat mereka.Toh mereka juga masih bisa menghabiskan waktu pulang sekolah disana.Disanalah mereka sering mencurahkan hati masing masing.Sila menceritakan sepupu perempuannya kepada Galih.Berniat menjodohkan Galih dengan sepupunya itu.Karena Sila pikir Galih adalah laki laki yang baik,dan sepupunya pastilah bahagia jika mempunyai kekasih seperti Galih.Tapi Galih tak memberikan respon apapun,karena Galih tidak memikirkan seorang kekasih untuk saat ini.Galih pun juga sering bercerita tantang keluargaalihnya.Ibu Galih seorang guru di SMP,dan ayahnya seorang pegawai di salah satu perusahaan.Setelah mereka puas ditempat itu,mereka pulang.Karena waktupun juga sudah sore.
Galih mengantarkan Sila kerumah.Motor Galih setiap hari terparkir di rumah Sila.Setiap pagi Galih kerumah Sila untuk menjemput Sila.
***
                Minggu pagi yang dingin membuat Sila tertidur lelap.Sila hanya tinggal bersama papanya.Ibunya telah meninggal diwaktu melahirkan Sila.Papanya selalu memanjakan Sila.Apapun yang dilakukan Sila papanya tidak pernah melarang,asalkan itu masih wajar untuk dilakukan.
Tidurnya yang lelap itu diusik oleh Galih yang tiba tiba membangunkan Sila.
                “Perempuan kok males sih”.
                “Apaan sih Lih”.Sambil menarik kembali selimutnya.
                “Ikut aku gak?”
                “Gak”.Dengan singkatnya Sila menjawab.
                “Yang bener......”.Galih terus memaksa Sila.
                “ya udah,,aku sendirian aja ke danau,habis itu mau jalan jalan”.Sambil meninggalkan Sila.
                “Eh...tunggu aku”.Sila terbujuk juga.
                “Cepet!Lima belas menit.Aku tunggu di depan”.
Sila sudah siap dan langsung memberikan kunci mobilnya kepada Galih.Tak banyak bicara mereka langsung pergi.Mereka berencana jalan jalan di mall.Seperti biasa,Sila membeli baju di mall itu.
                “Yang ini cocok gak ?”Sila selalu minta pendapat kepada Galih .
                “Kayaknya kamu cocok dengan yang ini deh”.
                “Hm....Ini bagus ya?”Galih menunjukkan baju yang pengen ia ambil.
                “Lho mau Lih?”
                “Hm......Iya sih,tapi gak dulu aja deh.Lagi tipis kantong gue”.
                “Udah ambil aja,aku yang bayarin”.
                “Beneran Sil?”
                “Ah,lho Lih..Kayak gak biasa aja”.
                “Thank ya Sil”.
                “Oke”.
Setelah kurang lebih satu jam mereka di stan baju itu,mereka melanjutkan jalan jalannya.Perut Sila merasa lapar.Mereka berhenti di restourant.Tak sengaja mereka bertemu dengan  Sandra dan  Yudha, teman sekelas mereka yang terkenal sebagai pasangan terlanggeng.Sandra dan Yudha pacaran sejak di SMP,hingga sekarang mereka di kelas XII,yang sebentar lagi akan menyelesaikan belajarnya dibangku SMA.Merekanpun gabung yang membuat suasana semakin seru.Canda tawa mengiringi mereke bersama.
                “Kenapa sih kalian gak jadian aja,seperti kita.Kalian kan udah dekat.Masak kalian gak ada rasa sih?”Pertanyaan Yudha yang membuat Sila dan Galih tersedak makanannya.
                “Apaan si,kita kan sahabat.Iya kan Lih?”Wajah Sila kelihatan merah.
                “Hm......iya lah.Kita tu lebih dari sekedar pacar”.Sila hanya diam tersipu malu.
                “Udah udah....”.Sila menghentikan suasana menegangkan itu.
Merekapun meneruskan makan mereka.Suasana hening itu hanya berlalu sebentar,karena Galih berhasil membuat suasana hangat kembali dengan bercandanya yang konyol dan terkadang menyebalkan itu.Setelah selesai makan,mereka  jalan berempat berkeling mall itu tanpa ada tujuan.Akhirnya mereka berhenti disebuah  permainan yang menguji kekompakan pasangan masing masing.Sudah pasti Sandra berpasangan dengan Yudha dan Sila dengan Galih.Mereka berempat bertanding memenangkan  permainan itu.Dan akhirnya dimenangkan olah Sila dan Galih.Mereka senang banget.Bukan karena mendapat hadiah dari kemenangan itu.Tapi kekompakan Sila dan Galih  itu yang pantas dibanggakan.Mereka mengabadikan momen itu.Gaya gaya yang aneh dalam dokumen foto itu membuat terlihat lucu dan orang lain pun pasti akan tertawa melihat foto mereka.
Setelah seharian berkeliling,menghabiskan uang,tenaga dan mengadu kekompakan,Sila merasa lelah dan ia kelihatan pucat.
                “Lho gak papa kan Sil?”Galih  mulai kawatir.
                “Gak,aku gak papa”.      
                “Pulang yuk Lih”.Sila yang merasa lemas mengajak Galih pulang.
                “Yuk,kita pulang aja,lho kelihatan pucat banget.Bener deh Sil.Lho gak lagi sakit kan?”Galih cemas dengan keadaan Sila.
Sila hanya terdiam dan langsung berjalan menuju pintu keluar.
                “Kita duluan ya Yud”.Galih meninggalkan dua temannya yang kayaknya masih pengen menghabiskan waktunya disana.
                “Oke sob,hati hati ya”.
                “Ship”.Galih menyusul Sila yang sudah berjalan duluan.
Di dalam mobilpun Sila hanya diam.Dia gak banyak bicara.Galih yang tak terbiasa diam jika bersama Sila,mencoba mengajak ngobrol Sila.Tapi Sila selalu menjawabnya dengan singkat.Galihpun mengerti kondisi Sila.Sila meminta Galih menambah kecepatan mobilnya.Galihpun nurut  permintaan Sila.Yang mungkin Sila pengen cepet istirahat pikirnya.Sesampai dirumah Sila gak bicara apapun kepada Galih dan langsung turun dari mobil dan menuju kamarnya.Tak tau kenapa Sila yang gak pernah mengunci kamarnya,kali ini mengunci pintu kamarnya.Sesuatu yang membuat Galih bingung.
Galih berfikir apa mungkin Sila marah dengannya.Tapi hal yang aneh Sila bisa marah dengan Galih.Sila memang sensitif,tapi ia gak pernah marah dengan Galih.
Galih mengetuk pintu kamar sila.Bermaksud menanyakan keadaan Sila dan menanyakan apa yang terjadi.Tapi Sila gak bilang apa apa dan menyuruh Galih untuk pulang.Sila hanya butuh istirahat saja.Sila juga tidak lupa mengingatkan Galih besok berangkat lebih pagi dari pada kemarin.Biar gak kena hukuman lagi.Galih mengiyakan kata kata Sila,dan ia pamit untuk pulang.

***
                Sepulangnya Galih,Sila  langsung menghubungi papanya.Dan tidak lama papanya telah sampai dirumah.Mereka mau pergi ke dokter William yang biasa mereka datangi untuk mengecek penyakit  Sila.Selama ini Sila dalam pengawasan dokter.Penyakit yang cukup bahaya itu tidak membuat Sila kelihatan sedih dihadapan teman temannya,apalagi dihadapan Galih.Sila gak mau Galih mengetahui penyakitnya itu.
                “Gimana dok,udah ada pendonornya apa belum?”Papa Sila yang kawatir dengan keadaan putri semata wayangnya itu.
                “Untuk saat ini belum ada yang pendonor yang cocok dengan ginjal Sila”.
                “Sabar ya nak”.Sambil megelus kepala Sila.
Tiba tiba ada seorang yang masuk ruangan dokter William yang membuat semua terdiam.
                “Sandra....????”Sila terkejut dengan kedatangan Sila.
                “Kamu kenapa disini?”Sila melanjutkan.
                “Maaf,saya mau menemui papa saya,ada keperluan penting”.Jawab Sandra dengan singkat.
                “Jadi,dokter William papa kamu?”Sila yang baru tahu kalau Sandra adalah anak dokter Willy.
                “Iya sudah,kami permisi dulu ya dok,jika ada sesuatu kabari saya”.Papa Sila pamit dengan dokter William.
                “Iya pasti pak.Saya juga akan mencarikan donor secepatnya”.
                “Terimakasih dok”.Sambil bersalaman dengan dokter William diikuti dengan Sila.
                “Iya sama sama pak”.
                Sesampainya di rumah,Sila langsung masuk kamarnya dan beristirahat.Karena merasa lelah.Papanya mengantarkan Sila ke kamar.Papanya menyuruh Sila untuk tidak sekolah besok.Lebih baik istirahat di rumah sampai keadaannya baik kembali.Sila mengiyakan kemauan papanya.
Sila menyuruh papanya untuk memberitahu Galih jika ia besok gak perlu dijemput.Papa Sila menunggui Sila hinnga Sila tertidur lelap.Walaupun Sila tidak bisa merasakan kasih sayang dari seorang ibu,tapi Sila cukup bersyukur mempunyai papa yang memberikan kasih sayangnya dengan penuh.Berbeda dengan yang lain,walaupun papa Sila selalu sibuk dengan urusan kantornya,tapi selalu meluangkan waktu untuk Sila.Papa Sila juga seseorang yang setia.Setelah kepergian mama Sila,Papa Sila tak mau mencari penggantinya.Baginya,istri cukup satu seumur hidupnya.Tak ada yang bisa menggantikan mama Sila dihati papa Sila.
                Tak biasanya Galih berangkat ke sekolah tanpa Sila.Kali ini ia berangkat dengan  motonya.Galih hanya diam saja selama di sekolah.Memang tidak seperti biasanya.Beberapa kali Yudha bertanya,tapi Galih tetap gak mau bicara.Ia selalu mengalihkan pembicaraan.
Galih  memikirkan dosa dosanya terhadap Sila.Galih telah membohongi Sila.Galih benar benar bingung apa yang harus ia lakukan.Apakah ia harus berterus terang tentang kebohongannya itu?Tapi gimana perasaan Sila nantinya.Pasti ia akan terpukul jika harus mendengar kebohongannya itu.Kini Galih telah menyesal terhadap apa yang telah dilakukannya terhadap Sila.Sila baik kepada Galih dengan tulu,tanpa meminta imbalan apapun.Tapi apa balasan yang diberikan Galih.Galih terus memikirkan hal itu hingga bayangannya terbubarkan karena gurunya sudah datang.
                Sepulang sekolah Galih langsung menuju rumah Sila.Bermaksud untuk menjenguk Sila dan ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Sesampainya di rumah Sila,tak sungkan sungkannya Galih langsung masuk kamar Sila.Memang sudah jadi kebiasaan Galih jika ke rumah Sila.
                “Kamu sakit apa sih Sil?”Nada Galih yang lirih menandakan kekawatirannya terhadap keadaan Sila.
                “Cuma kecapek an aja Lih”.Sila berusaha menutupi penyakitnya dari Galih.
                “Bener Sil?”
                “Iya Galih yang bawel....”
Galih cukup lega mendengar keadaan Sila baik baik saja.
                “Besok udah bisa masuk kan Sil?”
                “Hm.....kayaknya besok kamu bertugas lagi deh”.
                “Maksudnya?”
                “Tugas  jemput aku berangkat dan mengantarkan aku pulang...he he”.
                “Siap  princess...”Sambil membungkukkan badannya.
                Galih  tak pernah  mengingkari janjinya.Pagi pagi ia sudah sampai di rumah Sila.Saat sampai di rumah Sila,Sila masih sarapan bersama papanya.Silapun mengajak Galih gabung sarapan berama mereka.Awalnya Galih menolak,karena tak terbiasa sarapan sebelum berangkat sekolah.Tapi karena Sila memaksa Galih,yang membuat Galih tak bisa menolaknya.Dan papa Sila pun memaksa Galih ikut makan bersama.Akhirnya Galih duduk dan ikut sarapan bersama Sila dan papanya.
Galih  hanya diam saja waktu itu.Tidak seperti biasanya yang banyak bicara dan suka melawak yang membuat orang yang mendengarnya tertawa.
Setelah selesai sarapan,Sila berpamitan kepada papanya begitu juga dengan Galih yang juga berpamitan dengan papa Sila.
                Diperjalanan menuju sekolah mereka tetap berdiam diaman.Galih tak membuka mulutnya sedikitpun.Begitu juga dengan Sila yang hanya diam menikmati lagu tak mau kehilangan yang  merupakan soundtrack pada sinetron Arti Sahabat yang dinyanyikan oleh Mitha Lestari .
Sampai mereka tiba di sekolah.
Di kelas Sandra mendekati Sila dan menanyakan keadaan Sila.Sandra juga menanyakan tentang penyakit Sila yang Galih mengetahui hal itu apa tidak.Sila menjelaskan kepada Sandra bahwa ia tidak mau Galih mengetahui hal ini,dan Sila juga meminta Sandra untuk tidak memberitahukan tentang dirinya kepada siapapun.Sandra mengerti maksud Sila dan menuruti permintaannya.
                Bel pulang telah berbunyi,tapi Galih belum kembali ke kelas setelah izin ke kamar mandi di jam yang terakhir tadi.Sila yang sudah kepingin pulang cepat mencari Galih bermaksud mengajak pulang.Sila mencari di kamar mandi cowok,tapi Galih tak ada disana.Sila meneruskan ke lapangan basket,karena Galih tim basket di sekolahnya.Sila pikir Galih sedang latihan disana.Tapi tak ketemu juga.Sampai akhirnya Sila berhenti di depan aula karena mendengar sesuatu di dekat tangga menuju pintu aula.
                “Apa apan lho,gag bisa seperti ini dong.Kita kan sudah sepakat untuk taruhan”.Suara itu semakin membuat Sila penasaran.
                “Tapi gue gak bisa membohongi dia terus,gue baru sadar bahwa sahabat itu adalah segalanya.Aku  bodoh telah memanfaatkannya.Aku  menyesal membohonginya”.
                “Tapi lho kan udah membohongi Sila”.Sila semakin bingung karena namanya disebut sebut.
                “Iya mak dari itu,aku telah berdosa sudah membohongi Sila.Sila tulus membantu aku,tapi aku.....”.Galih tak meneruskan bicaranya sambil memegangi kepalanya.
                “Oh....jadi gini,kamu membohongi aku Lih.Aku tak menyangka kamu sejahat ini.Aku fikir kamu tulus bersahabat dengan aku.Tapi kenyataannya kamu tak lebih dari seorang pecundang”.Tiba tiba Sila menyela pembicaraan mereka dan membuat galih kebingungan.
                “Maafin aku Sil,aku memang salah.Aku bodoh telah membohongi sahabat sebaik kamu sil”.
                “Udahlah Lih,kamu gak usah sok baik lagi dengan aku”.
                “Aku bisa jelasin Sil,please maafin aku”.
                “Gak ada yang perlu dijelaskan Lih,semuanya udah jelas bahwa kamu memang bermuka dua.kamu memanfaatin aku hanya untuk kepentingan bodohmu saja”.Sila menangis .
Sila kelihatan pucat dan lemas banget dengan kondisinya yang lagi sakit.Tiba tiba Sila pingsan dan untung Galih menangkapnya.Galih semakin panik.Lalu membawanya ke UKS.Karena sekolah sudah pulang petugas UKS pun sudah pulang.Akhirnya Galih membawa Sila ke rumah sakit.Sesampainya di rumah sakit,Sila langsung di tangani oleh dokter di UGD.
Galih sangat kawatir akan keadaan Sila.Galih memberitahu papa Sila bahwa Sila masuk rumah sakit karena pingsan di sekolah.Tak butuh waktu lama untuk datang ke rumah sakit.Setelah sampai di rumah sakit,papa Sila menemui Galih dan menanyakan apa yang telah terjadi di sekolah.Galih menceritakan semuanya kepada papa Sila.
Tak lama setelah papa Sila yiba di Rumah Sakit, dokter yang menangani Sila keluar dari UGD. Papa Sila langsung menanyakan keadaan Sila, tak terkecuali Galih yang juga kawatir tehadap keaada Sila.
                “Sila harus segera mendapatkan donor Pak”. Dokter menjelaskan kepada papa Sila.
                “Tapi kami belum mendapatkan donor nya Pak”, lanjut Dokter  William.
                “Kalau boleh tahu, Sila sakit apa ya Dok?’, Galih memang belum mengetahui yang sebenarnya.
                “Kamu belum tahu Nak? , Sila terkena gagal ginjal, dan harus segera mendapatkan donor ginjal.
                “Kenapa Om gak pernah cerita sama aku?”, Galih yang sedikit menyalahkan Papa Sila.
                “Maafkan aku Lih, tapi inilah keinginan Sila, untuk tidak menceritakan  penyakitnya kepada siapapun.
                “Kalau begitu saya siap menjadi donor untuk Sila”, Galih yang merasa bersalah kepada Sila berusaha menebusnya.
                “Jangan Lih,kamu masih muda. Perjalanan hidupmu masih panjang. Bagaimana kamu bias menjalani hidup ini dengan baik jika kamu hanya memiliki satu ginjal”, papa Sila berusaha mencegah niat Galih.
                “Tidak apa apa Om, aku akan menanggung apapun yang terjadi, saya telah menyesal telah membohongi Sila, tapi aku akan menggantinya. Aku rela jika aku harus pergi, asalkan SIla bias tersenyum dalam hari-harinya” , Galih tetap pada pendiriannya untuk mendonorkan satu ginjalnya untuk Sila.
                “Tapi saya punya satu permintaan Om”, Galih meneruskan.
                “Apa Lih?”.
                “Om jangan bilang ke siapapun, terutama Sila bahwa aku yang telah mendonorkan ginjal untuk Sila”.
                “Tapi kenapa kamu menyembunyikan hal ini?, Papa Sila bingung dengan sikap Galih.
                “Jika Sila mengetahui jika aku yang telah mendonorkan ginjal untuknya, aku yakin Sila akan marah”.
                “Kalua ini yang terbaik, ya gak papalah. Aku akan merahasiakan hal ini dari Sila”.
                “Terima kasih Om”.
                Dokter nengajak Galih untuk tes kecocokan ginjal Galih. Setelah menunggu sedikit lama, Galih mengetahui hasilnya bahwa ginjalnya cocok dengan ginjal Sila. Galih sangat senang begitu juga dengan papa Sila. Dokter secepatnya melakukan operasi itu. Setelah cek kesehatan, Galih dinyatakan boleh dioperasi. Dengan hati sedikit takut dan kawatir, Galih melakukan operasi  itu. Papa Sila menunggu di luar ruang operasi dengan perasaan yang sungguh kawatir. Tak henti hentinya papa Sila berdo’a meminta keselamatan anaknya dan Galih. Setelah berjalan tiga puluh menit, lampu operasi padam, menandakan operasi telah selesai. Dokter keluar dari ruang operasi. Papa Sila langsung menanyakan hasilnya.
                “Alhamdulillah  Pak, operasi berjalan dengan lancar, Sila dan Galih berhasil menjalani operasi ini”. Dokter Willliam menjelaskan dengan senang.
                “Terima kasih Ya Allah”, Papa Sila sungguh bahagia dan langsung memeluk dokter William sebagai tanda kebahagiaanya.
                “Saya tinggal dulu ya Pak”, zdkter William yang terburu buru karena pasien kecelakaan yang harus ditangani.
                “Iya Dok”.
                Operasi telah selesai, Galih dan Sila dalam keadaan sehat. Satu minggu setelah operasi Sila diperbolehkan pulang. Sedang Galih sudah pulang kerumah  tiga hari sebelumnya. Sila kini senang karena tak merasakan sakit karena penyakitnya. Sali kini mempunyai senyuman baru dalam hidunya. Sila teringat kejadian sebelum ia menjadi seperti sekarang. Yah, kejadian di dekat aula sekolah yang membuat Sila kecewa dengan Galih. Teman baiknya yang setiap hari menemaninya, bahkan memberikan semangat unuknya, ternyata ia berhianat kepadanya. Sila berjanji tidak akan mau mengenal Galih lagi. Bagi Sila Galih adalah masa lalunya yang buruk, yang hanya melukiskan tinta hitam dalam kanvas kehidupannya. Suatu ketika saat disekolah ia berpapasan dengan Galih, dan Gailh pun menyapanya. Tapi Sila hanya cuek, ia langsung masuk mobil dan pulang bersama sopir priadinya. Setelah kejadian itu Galih tak lagi mengantarkan Sila kemanapun ia mau. Teman Sila tak kuasa melihat perseteruan  Sila dengan Galih. Sandra selalu membujuk Sila untuk memaafkan Galih. Galih sudah mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepadanya. Tapi tetaplah Sila pada pendiriannya. Sila tak mau lagi berteman dengan Galih. 
                Usaha Sandra untuk mengembalikan pertemanan Sila dan Galih tidak berujung menyenangkan.Malam itu Sandra menemui Sila di rumahnya. Sandra menceritakan semuanya tentang Galih yang telah mendonorkan ginjalnya untuk Sila. Sandra mengetahui hal itu karena papanya yang telah mengurus operasinya.
                “Gak usah bercanda San, aku gak peduli dengan Galih”, Sila tidak percaya dengan apa yang dikatakan Sandra.
                “Terserah kamu Sil, tapi inilah yang sebenarnya, Galih yang telah mendonorkan ginjalnya, ia tidak ingin kamu mengetahui hal ini, karena jika kamu mengetahui dari awal, kamu pasti akan menolak menerima kebaikannya”, Sandra meyakinkan Sila.
                “Tapi kenapa Galih melakukan hal itu San?, sambil menangis.
                “Karena Galih sayang sama elo, dia gag ingin kamu sedih, dia gak ingin kamu melihat kamu kesakitan menanggung sakit”, mata Sandra merah menceritakan hal itu.
                Sila pergi menarik tangan Sandra.
                “Kita mau kemana Sil?, Sandra yang bingung dengan Sila.
                “Antar aku ke rumah Galih”.
Tak banyak bicara Sandra mengemudikan mobilnya menuju rumah Galih yang cukup jauh dari rumah Sila.
                “Maafin aku galih,maafin semua sikapku”, Sila yang bicara sendiri di mobil sambil menagis.
                Tiba di rumah Galih, Sila bergegas keluar dari mobil, dan langsung masuk rumah Galih. Galih yang terbangun dari tidurnya membukakan pintu kamarnya. Dengan sendu, Sila memeluk Galih dan menangis di pelukannya.
                “Galih, maafin aku. Aku tak menyangka jika kamu yang telah mendonorkan ginjalmu untukku”.
                “Bagaimana kamu bisa tahu Sil?”.
                “Itu gag penting, yang penting  kamu mau kan maafin aku”.
                “Iya Sil, maafin aku juga ya, aku juga telah membohongi kamu ak....”, Sila menutup mulut Galih.               
                “Sudah,,,kamu jangan bicara seperti itu”.
                “Terima kasih yah Sil.....kamu emang bidadari yang diturunkan untuk melengkapi hidupku”, ucap Galih.
                “Dan kamu adalah malaikatku, karena kamu telah menaruhkan jiwamu diragaku selamanya”
Merekapun kembali bersahabat, sampai akhirnya mereka menikah yang didasari cinta suci. Mereka pun mempunyai seorang pangeran kecil dan menemani hari hari mereka dan mereka pun hidup bahagia.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | ewa network review