Jumat, 03 Februari 2012

kumbang kenangan

                Pagi yang cerah, secerah wajah Fida dengan semangat barunya. Seperti biasa setiap pagi Fida selalu disibukkan dengan kegiatan rumah serta  persiapan untuk kuliah. Seusai membersihkan rumah yang menjadi tempat berteduh dirinya bersama ibunya, ia mempersiapkan segala sesuatu yang hendak dibawa ke kampusnya. Fida hanya tinggal bersama ibunya. Ayahnya sudah lama meninggal saat Fida masih kecil. Ibunya harus berjuang sendirian untuk membesarkan Fida. Ibunya tidak mau menikah lagi. Beliau tetap setia kepada ayah Fida walaupun sudah menghadap kepada- Nya.
               
Fida menyusuri  jalan setapak dari rumahnya menuju tempat menunggu angkot. Walaupun Fida mempunyai motor, ia memilih untuk naik angkot pulang pergi ke kampusnya. Memang naik angkot lebih murah dari pada menggunakan motor. Fida bisa belajar didalam angkot sebelum dia turun di kampusnya. Dengan naik angkot, Fida bisa terbebas dari tilang polisi yang selalu beroprasi sekali dalam seminggu. Dengan begitu Fida juga bisa memudahkan Ibunya untuk pergi kemanapun. Usahanya menjual pakaian mengharuskan beliau pergi ke pasar setiap hari. Dengan sabar Fida menunggu angkot yang akan mengantarkannya ke kampus. Setelah lima belas menit, angkot yang ditunggunya telah datang. Fida bergegas masuk kedalam angkot, beradu cepat dengan penumpang lainnya yang kebanyakan dari mereka juga seorang mahasiswa.
                Tiba di kampus, Fida dihadang dengan Zian teman sekelas yang dekat dengannya. Zian yang dengan muka seriusnya memberitahu Fida tentang berita yang telah ia baca di koran hari ini. Bencana longsor yang menipa di sebuah desa terpencil yang jauh dari kota Malang itu membuat  Zian mengunjungi desa tersebut. Zian bermaksud mengajak Fida untuk membantu korban longsor di desa itu. Fida sedikit ragu untuk menerima ajakan Zian. Belum selesai mereka membicarakan berita itu, mereka harus masuk kelas karena Pak Wiliam sudah masuk kelas. Selesai pelajaran Zian kembali menanyakan tawaran untuk membantu korban longsor itu kepada Fida. Fida yang penakut itu berusaha menolak ajakan Zian dengan beberapa alasan. Tapi Zian memaksa Fida yang membuat Fida kehabisan alasan. Akhirnya Fida mau pergi ketempat bencana longsor itu dengan syarat ia didampingi sepupunya yang juga merupakan seniornya di kampus. Dan Zian pun juga menyetujui hal tersebut yang Zian pikir tidak ada salahnya jika kak Rizky ikut pergi ketempat itu.
                Mereka sepakat untuk pergi ke desa Samben, desa yang terkena bencana longsor itu besok pagi. Ketika mereka membicarakan hal ini, Rizky nyamperin Fida yang berniat mengajaknya pulang bareng. Karena Fida dan Zian ada perlu dengan Rizky, mereka menanyakan rencananya yang hendak pergi ke ke desa Samben yang juga akan mengajak Rizky. Rizky yang suka berpetualang itu mau menerima tawaran mereka. Pulang dari kampus Fida memberitahu ibunya tentang rencananya yang akan pergi ke desa tersebut bersama Zian dan kak Rizky. Karena Fida didampingi sepupunya, Ibunya mengizinkan niat baik putrinya itu. Dengan syarat Fida harus menjaga dirinya dengan baik. Ibunya tidak mau hal buruk terjadi pada putrinya itu.
***
                “Jangan  jangan jangan”, Fida berteriak histeris.
                “Jangan bunuh aku”, lanjutnya.
Teriakan keras Fida dari dalam kamarnya, membangunkan ibunya.
                “Nak bangun nak”, Ibu Fida membangunkan Fida yang ketakutan karena mimpinya itu.
                “Kamu tidak apa apa nak?”, Ibu Fida kawatir dengan Fida.
                “Fida mimpi buruk bu”, Sambil memeluk ibunya.
                “Tenang nak, tidak ada apa apa, tidur lagi ya”.
Ibunya hendak keluar dari kamar Fida, tapi Fida memanggilnya kembali.
                “Ibu tidur sama aku ya?”
                “Iya sudah, ibu tidur sini nemenin kamu”.
                Malam itu Fida tidur dalam dekapan hangat ibunya. Sudah lama Fida tidak merasakan dekapan ibunya. Kali ini Fida kembali merasakan hangatnya dekapan ibunya yang membuat tidurnya lelap. Kasih ibu memang tiada taranya. Tak kan ada yang bisa menggantikan seorang ibu dimata seorang anak.
***
                Pagi  membangunkan Fida dari tidunya. Ia harus mempersiapkan kebutuhannya untuk pergi ke desa Samben. Tak lupa ia juga membawa jaz hujan, untuk persiapan jika mendadak hujan karena memang lagi musim hujan. Pagi-pagi rizky sudah sampai di rumah Fida, Bermaksud untuk mengajak Fida untuk segera berangkat. Ya karena Fida lelet, Rizky membantu memasukkan barang-barang Fida kedalam tas rangselnya. Rizky memang anak yang cekatan dan tanggap dengan situasi. Sebelum mereka berangkat ibunya telah menyiapkan sarapan untuk mereka. Awalnya Rizky menolak untuk sarapan bersama, karena dipaksa oleh Fida akhirnya Rizky mau sarapan bersama bibi dan putrinya itu.
                Mereka bertiga telah sepakat untuk bertemu di pemberhentian bus. Ternyata Zian sudah tiga puluh menit menunggu Fida dan Rizky disana. Setelah mereka berkumpul dan bus yang akan mengantarkan mereka ke desa Samben sudah ada di depan mereka, mereka bergegas masuk bus. Di dalam bus Fida duduk dengan Zian, sedang Rizky duduk dibelakang mereka bersama seorang laki laki paruh baya  yang tak dikenalnya.
                “Mau kemana mas?”. Tanya orang yang berada disebelah Rizky.
                “Ini Pak, mau ke desa Samben yang katanya terkena bencana longsor”. Rizky menjelaskan.
                “Hati – hati ya nak, bersama siapa kamu kesana?”. Bapak tua itu bertanya lagi.
                “Bersama sepupu dan teman saya pak”.
                “Kalian cuma bertiga?”. Bapak itu semakin penasaran.
                “Iya pak, memangnya kenapa kalau bertiga?”. Rizky yang tidak mengerti maksud Bapak tua itu.
                “Kata orang tua, kalau bepergian jangan bertiga, salah satu diantara kalian pasti ada yang celaka”. Bapak itu menjelaskan.
                “Ah saya tidak percaya dengan mitos seperti itu Pak”. Rizky tetap tenang.
                “ iya sudah Bapak Cuma mengingatkan. Pokoknya kalian berhati hati saja, jangan sampai berpisah dalam keadaan apapun”.
                “Iya Pak”. Rizky mengiyakan kata kata Bapak tua itu.
Setelah kurang lebih sembilan puluh menit mereka naik bus, mereka telah sampai di sebuah jalan yang merupakan jalan menuju desa Samben. Karena tidak ada kendaraan yang bisa digunakan untuk menuju desa itu, mereka harus berjalan di tengah semak-semak dan parit. Untung Rizky membawa pisau yang bisa digunakan untuk memotong ranting yang menghalangi jalan mereka. Mereka hanya bertiga dan tidak ada yang mengarahkan jalan mereka. Mereka sengaja tidak meminta masyarakat sekitar situ untuk mendampingi mereka. Mereka yakin bisa menemukan jalan menuju desa Samben. Mereka cukup lelah berjalan cukup lama. Fida mulai dengan aksi manjanya. Ia tidak kuat berjalan dan meminta untuk istirahat sejenak. Rizky dan Zian pun menuruti permintaan Fida, karena mereka juga merasa lelah. Mereka makan makanan yang mereka bawa dari rumah. Mereka bebincang mengenai jalan mana yang harus mereka ambil. Mereka sedang berada di persimpangan jalan yang berbeda. Mereka bingung harus mengambil jalan kearah kanan atau kiri. Firasat Zian mengatakan kalau jalan yang benar yaitu kearah kanan, tapi Rizky mengatakan jalan yang benar kearah kiri. Rizky meminta pendapat Fida, tapi Fida tak menghiraukan Rizky, ia bilang nurut aja, terserah mau kemana. Asalkan mereka selalu bersama. Setelah mereka merasa cukup   untuk istirahat, mereka melanjutkan perjalanan mereka. Mereka menemui sebuah parit. Dan mereka harus melompati parit itu jika tidak mau basah. Zian berhasil melompati parit yang lebarnya kurang lebil dua meter itu. Begitu juga dengan Rizky, tapi Fida mulai dengan aksi manjanya. Akhirnya Rizky terpaksa menggendong sepupunya yang super manja itu. Setelah mereka berjalan cukup lama, mereka menemukan sebuah desa yang tidak luas. Kurang lebih sepuluh rumah yang ada di desa itu. Mereka tidak tahu tentang desa itu. Tapi mereka yakin kalau yang ditemuinya itu bukan desa Samben. Mereka tidak melihat seorang pun disekitar mereka. Tapi mereka yakin kalau desa yang baru mereka temui itu ada penghuninya. Mungkin mereka semua ada di dalam rumah, pikir mereka.  Mereka semakin mendekati perkampungan itu. Dengan sangat  hati – hati mereka berjalan. Ada sedikit rasa merinding dihati mereka, apalagi Fida yang memang penakut. Tiba – tiba dua orang dibelakang mereka dan mengagetkan mereka. Dengan serempak mereka berteriak. tapi hal itu tidak berlangsung lama, karena mereka tahu mereka adalah bagian dari kampung itu. Mereka adalah Dewi dan Aziz, pasangan suami istri yang tinggal di desa itu. Zian yang selalu ingin tahu terhadap hal hal baru yang ia lihat, menanyakan banyak hal kepada penduduk desa Kumbang yang baru ia temui itu. Penduduk desa Kumbang berpenampilan aneh. Mereka baru pertama kali melihat orang seperti itu.   Rizky menanyakan tentang desa Samben yang hendak ia kunjungi itu. Pak Aziz hanya diam, tak selayaknya orang desa lain, yang menjawab pertanyaan orang. Rizky tak putus asa disitu, ia menanyai Bu Dewi, suami Pak Aziz. Bu Dewi tidak menjawab pertanyaan Rizky, tapi malah mengajak mereka mampir dirumahnya karena hari sudah sore dan menyuruh mereka melanjutkan perjalanan besok, karena masih butuh waktu yang lama untuk sampai di desa samben. Mereka pun menerima tawaran mereka, karena mereka juga butuh istirahat untuk melanjutkan perjalanan besok.
***
Pak Aziz dan Bu Dewi mempersilakan mereka untuk masuk ke rumahnya. Rumah yang terlihat tua dan tak terurus itu terbuat dari kayu. Dengan sedikit rasa takut mereka masuk ke rumah Pak Aziz. Saat memasuki rumah itu, ada pemandangan yang mengagetkan mereka. Sebuah kepala sapi terpajang didinding rumah itu. Fida yang penakut itu menjerit ketakutan melihat pajangan aneh itu. Pak Aziz menjelaskan jika pajangan seperti itu sudah wajar di desa Kumbang. Mayoritas penduduk desa Kumbang suka berburu di hutan. Dan kepala hewan buruannya dipajang didinding rumah. Mereka duduk dibawah, karena memang tidak ada meja kursi di rumah itu. Desa Kumbang merupakan desa yang terpencil, jauh dari keramaian. Bahkan kehidupaanya jauh berbeda dengan kehidupan pedesaan atau perkotaan. Sendari mereka istirahat, Bu Dewi memberi minuman untuk melepas dahaga mereka. Minuman merah dengan harum yang khas disuguhkan Bu Dewi untuk mereka. Awalnya mereka tidak ingin minum air itu, karena warna minuman yang seperti darah itu membuat mereka geli meminumnya. Tapi Bu Dewi meyakinkan jika minuman itu bisa dimunum. Minuman yang terbuat dari teh merah membuat warna minuman itu merah seperti darah. Karena mereka tetap tidak mau minum air itu, Bu Dewi meminum air itu di depan mereka. Sehingga mereka yakin minuman itu bisa diminum dan tak memberikan efek buruk. Mereka yang kehausan langsung menyantap minuman itu. Hanya butuh waktu lima puluh detik untuk menghabiskan segelas teh merah itu. Rasanya tidak begitu manis, sedikit asam dan baunya sedikit harum. Bu Dewi juga menyiapkan makanan untuk mereka. Sepiring daging dihidangkan untuk mereka beserta nasi putih yang masih hangat. Mereka tergiur dengan makanan itu. Seakan perut memanggil manggil daging itu. Tapi mereka kembali ragu dengan hidangan itu. Kali ini Pak Aziz yang meyakinkan mereka. Pak Aziz memakan daging itu dengan lahapnya. Membuat perut Rizky dan teman teman nya semakin lapar. Tak sungkan mereka langsung menyantap makanan itu. Hingga mereka kenyang dan merasa ngantuk. Mereka telah dimanjakan oleh Pak Aziz dan Bu Dewi. Sungguh beruntungnya mereka bertemu pasangan suami istri yang sangat baik kepada mereka. Tidak hanya makanan dan minuman yang diberikan untuk mereka. Bu Dewi juga menyiapkan kamar untuk mereka, ya walaupun tak sebagus kamar-kamar mereka dirumah, tapi mereka cukup menikmati tempat istirahat itu. Jam masih menunjukkan pukul enam sore. Tidak ada listrik yang menerangi desa Kumbang. Hanya lilin lah yang menerangi gelapnya malam. Karena Pak Aziz hanya memiliki satu kamar, Zian, Fida dan Bu Dewi tidur di kamar itu. Sedangkan Rizky dan Pak Aziz tidur di luar kamar, tempat mereka berbincang bincang dan makan bersama tadi.
Karena Rizky sangat lelah, ia langsung tertidur. Begitu juga dengan Zian dan Fida. Ditengah malam Fida terbangun, karena ingin buang air kecil. Fida membangunkan Zian. Fida tak sadar jika Bu Dewi tidak ada di kamar itu. Karena Zian sangat ngantuk, ia tidak mau mengantarkan Fida. fida terpaksa keluar sendiri mencari  kamar mandi. Dengan membawa lilin untuk menerangi jalannya, ia meraba raba setiap sudut ruangan di rumah itu. Ia belum menemukan kamar mandinya. Ia terus berjalan dan terus berjalan. Ia telah salah mengira rumah ini sempit, ternyata rumah itu luas memanjang ke belakang, sehingga tak terlihat dari depan. Dengan menahan bung air kecil, ia terus berjalan menyusuri  rumah itu. Rumah itu tak ada ruangannya. Hanya dinding yang memanjang ke belakang. Seakan ia berjalan didalam terowongan kasablangka. Gelap dan tak berujung. Tapi ia tetap berusaha menemukan kamar mandinya.
Sementara Zian terbangun dan terkejut melihat Fida tak berada disampingnya. Ia bergegas keluar kamar dan membangunkan Rizky. Dengan  gugup, Zian membangunkan Rizky. Ia bilang ke Rizky bahwa Fida dan Bu Dewi tak ada dalam kamar. Rizky langsung terbangun mendengar sepupunya itu tak bersama Zian. Ia juga terjejut melihat disekitarnya. Seingatnya Pak Aziz tidur disampingnya, tapi kenapa sekarang Pak Aziz tak berada disampingnya. Kemana kah Fida, Bu Dewi, dan Pak Aziz? Rizky sungguh bingung harus berbuat apa. Zian teringat ia sempat dibangunkan Fida untuk diajak ke kamar mandi, karena Fida ingin buang air kecil. Tapi karena ia sangat lelah, ia tidak mau mengantarkan Fida. tapi Zian heran, Fida yang sangat penakut itu, berani keluar sendiri tanpa ada yang mendampingi. Mereka sangat panik, mereka baru kepikiran mungkin Fida diantar oleh Bu Dewi dan Pak Aziz. Mereka sedikit lega. Mereka tidak kembali tidur, karena masih kawatir dengan Fida. Tiba – tiba mereka mendengar teriakan seorang wanita yang minta tolong. Rizky tidak asing dengan suara itu, ia langsung menarik  tangan Zian dan bergegas menuju suara itu berasal.
                “Kita mau kemana sih?”.Zian yang masih bingung terbawa suasana.
                “tapi itu siapa kita tidak tahu, lebih baik kita mencari Fida aja”.
                “Itu suara Fida”. Dengan singkat Rizky menjawab dan terus berjalan mencari jalan untuk menuju sumer suara itu.
Zian yang baru mengerti maksud Rizky, mengikuti  Rizky. Mereka juga merasakan hal yang sama seperti Fida. Mereka seakan berjalan dalam terowongan, jalan yang belum jelas ujungnya itu. Suara itu semakin keras terdengar. Rizky semakin yakin jika itu suara Fida. Sampai akhirnya mereka keluar dari terowongan itu. Ia memasuki hutan yang dipenuhi dengan pepohonan besar. Suara itu terus terdengar, tapi kenapa mereka belum menemukan Fida. Dimanakah Fida? Rizky sungguh bingung. Ia tak bisa membayangkan jika terjadi hal buruk terhadap Fida. Mereka hampir putus asa, mereka sangat lelah. Mereka berhenti di bawah pohon besar. Napas Rizky terengah engah, seperti selesai lari mengelilingi lapangan sepuluh kali. Belum sempat ia merebahkan tubuh mereka di akar pohon itu, mereka dikejutkan oleh pemandangan dihadapan mereka. Fida dengan tubuh lemas, Bu Dewi dan Pak Aziz yang berada disamping kanan kiri Fida. Melihat keadaan Fida seperti itu, penuh dengan darah dimuka dan tubuhnya, Rizky mendekati Fida. Tapi kekuatan mistik membuat Rizky tidak bisa mendekati Fida. Pak Aziz yang hanya diam disamping Fida, tidak menjawab pertanyaan Rizky. Apa yang terjadi dengan Fida Pak? pertanyaan yang terus Rizky tanyakan kepada Pak Aziz da Bu Dewi. Mereka hanya menundukkan kepala. Zian yang hanya menangis dibelakang Rizky dan mampu berbuat apa apa. Ia tidak tega melihat Fida dengan kondisi seperti itu.
Pak Aziz dan Bu Dewi membawa Fida Pergi. Fida yang tidak mampu berbuat apa pun, hanya mengikuti mereka. Rizky berteriak “Mau kemana kalian, mau dibawa kemana Fida?” . Mereka tak menghiraukan Rizky, mereka terus berjalan menjauhi Rizky dan Zian. Rizky dan Zian hanya mengikuti mereka. Sampai akhirnya mereka tiba di sebuah sumur tua, yang dipenuhi dengan semak rerumputan. Rizky yang semakin bingung dengan apa yang mereka lakukan terhadap Fida.
                “Apa salah Fida, sehingga kalian memperlakukannya seperti ini?”, Zian berusaha protes.
                “Kalian tidak perlu tahu, ini adalah urusan kita”, Mereka menjelaskan.
Mereka hendak memasukkan Fida ke dalam sumur tua itu. Rizky berusaha mencegahnya. Tapi percuma, mereka tetap memasukkan Fida ke dalam sumur itu. Zian yang melihat itu, seketika langsung menangis. Ia telah kehilangan sahabatnya. Kenapa Fida harus meninggal dengan keadaan seperti ini. Begitu juga dengan Rizky, ia tak kuasa menahan air matanya. Ia terus menangis melihat kejadian itu. Setelah Fida terjebur dalam sumur itu, Bu Dewi dan Pak Aziz meninggalkan mereka. Terlihat ada cahaya yang membawa mereka pergi. Seketika hari berubah menjadi pagi. Rizky dan Zian tak mengerti apa yang telah terjadi. Dan perkampungan Kumbang hilang satu persatu dari penglihatan mereka. Mereka semakin bingung. Mereka berusaha keluar dari hutan itu dan berniat mencari bantuan. Mereka lari menyusuri hutan rimba itu. Di tengah jalan mereka bertemu dengan seorang laki laki tua. Rizky yang tidak asing dengan wajah pak tua itu langsung meminta tolong kepadanya. Laki laki yang ia temui di dalam bus yang menganturkan mereka ke tempat itu. Laki laki tua itu meyuruh Rizky dan Zian mencari bantuan dari warga disekitar sana, dan laki laki itu akan menunggunya di sumur yang telah diceritakan Rizky dan Zian. Mereka menemukan warga setelah kurang lebih berjalan selama setengah jam. Mereka menunjukkan arah dimana Fida berada. Salah satu warga menceritakan kepada mereka bahwa dulu pernah ada sebuah desa  yang namanya desa Kumbang ditengah hutan itu. Sebenarnya pemerintah sudah melarang penduduk itu untuk tidak tinggal di hutan terlarang itu. Tapi karena mereka keras kepala, mereka tetap ingin tinggal di hutan yang mereka fikir disana mereka akan terpenuhi semua kebutuhannya. Sampai akhirnya mereka mati semua karena suatu hal yang belum ada yang mengetahui hal tersebut. Rizky hanya diam mendengarkan cerita dari warga tersebut. Ia baru mengerti semuanya. Ia sadar bahwa yang ia temui di desa tersebut bukan manusia melainkan roh orang orang yang pernah tinggal di desa itu. Dan desa Kumbang sekarang sudang tidak ada, desa Kumbang telah menjadi kenangan.
Mereka terus menyusuri hutan itu. Rizky tidak sabar untuk segera sampai di tempat itu. Setelah mereka sampai di tempat itu, mereka terkejut. Fida sudah keluar dari sumur itu, dan laki laki tua itu tidak ada di tempat itu. Ada kemungkinan laki laki tua itu yang telah mengeluarkan Fida dari dalam sumur. Rizky, Zian dan para warga itu membawa jasad Fida pulang. Kini desa itu telah memakan korban lagi. Yang sebelumnya juga memakan korban seorang mahasiswa yang sedang melakukan penelitian di tempat itu. Semoga desa Kumbang tidak akan memakan korban lagi. Cukuplah Fida yang terakhir.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | ewa network review